Jual Beli
A. Pengertian Jual beli
Secara etimologi, jual beli berarti menukar harta. Sedangkan
secara terminogi jual beli
emiliki arti pertukaran harta atau benda dengan harta
berdsarkan cara khusus yang diperbolehkan.
B. Macam-macam Jual
Beli
Dalam islam ada beberapa jual beli, antara lain :
a) Jual Beli secara Gharar (yang tidak jelas sifatnya)
yang dimaksud dengan Jual Beli secara
Gharar Yaitu bentuk Jual Beli yang didalamnya terkandung jahalah ( unsur
ketidak jelasan) atau terdapat unsur taruhan atau judi.
Contoh Jual Beli Gharar:
·
Jual Beli barang yang tidak ada,
·
Jual Beli barang yang tidak diketahui,
·
Jual Beli barang yang belum menjadi hak milik penuh si
penjual, dan
·
Jual Beli janin yang masih ada didalam perut.
b)
Jual Beli secara Mulamasah dan Munabadaz
yang dimaksud dengan Jual Beli
secar Mulamsah ialah seorang maraba pakaian orang denga tanggannya, pada waktu
malam atau siang hari, tetapi tanpa membalik-baliknya. sedangkan Jual Beli
secara Munabadaz ialah seseorang melemparkan pekaiannya kepada orang lain dan
orang lain itupun melemparkan pakainnya kepad orang pelempar pertama yang
berarti masing-masing telah membeli dari yang lainnya tanpa diteliti dan tanpa
saling merelakan.
c)
Jual Beli Barang secara Habalul Habalah
Dari Ibnu Umar ra, ia berkata
, “ Kaum jahiliyah biasanya melakukan jual beli daging unta yang sedang
bunting, kemudian unta yang lhir itu bunting lagi ” itulah yang disebut
dengan Jual Beli Habalul habalah.
d)
Jual Beli dengan Lemparan Batu kecil
Jual Beli secara lemparan batu-batu
kecil, ada tiga penafsiran :
·
Seorang penjual berkata pada si pembeli, ’Saya menjual tanah
ini kepadamu, batasnya dari sini sampai tempat jatuhnya batu yang dilemparkan.’
·
Seseorang berkat kepada si pembeli, ‘ Saya jual kepada mu
barang ini, dengan catatan engkau mempunyai hak khiyar (pilih) sampai aku melemparkan batu kecil ini.’
·
Pihak penjual dan pembeli menjadikan sesuatu yang
dilemparkan dengan batu sebagai barang dagangan, yaitu pembeli berkata kepada
si penjual,’ Apabila saya lemparkan pakaian ini dengan batu, maka ia saya beli
dengan harga sekian.
e)
Jual Beli Sesuatu yang Belum menjadi Hak Milik
Dari Hakim bin Hizam ra, aku berkata
: “Ya Rasulullah, ada seseorang yang akan membeli diriku sesuatu yang tidak ku
miliki. Bolehkah saya menjualnya?” maka jawab Beliau, “ Jangan kamu jual sesuatu yang tidak kamu
miliki.”
f)
Jual Beli barang yang Belum di Terima
Rasulullah SAW bersabda, “ Brang
siapa membeli makanan, maka janganlah menjualnya hingga ia menakarnya, tidakkah
engkau melihat orang-orang membeli bengan emas, sedangkan makanan yang dibeli
itu tertangguhkan.”
g)
Jual Beli Atas Pembelian Saudara
Rasulullah SAw bersabda, “ Janganlah
sebagian diantar kamu membeli atas pembelian sebagian yang lain.” dan “
Janganlah seorang muslim menawar atas tawaran sudaranya.”
h)
Jual Beli secara ‘Inah
yang dimaksud dengan Jual Beli secara ‘Inah adalah seseorang
menjual sesuatu kepada orangn lain dengan herga bertempo, menjual sesuatu
kepada pihak pembeli kemudian penjual membeli kembali barang tadi secara kontan
dengan harga yang lebih rendah daripada harga penjual tadi.
i)
Jual Beli Brang secara Taqsith ( kredit atau dengan
penambahan harga )
yang dimaksud dengan jual Beli secara Taqsith adalah praktek
jual beli bertempo dengan harga yang lebih mahal daripada harga kontan
atau cash.
C.
Rukun dan Syarat Jual Beli
Menurut
ulama Hanafiyah, rukun jual beli adalah ijab
dan qabul yang menunjukkan
pertukaran barang secara ridha dengan ucapan maupun perbuatan. Sedangkan
menurut Jumhur Ulama, rukun jual beli
ada empat, yaitu :
v Ba’i
(penjual)
v Musytari (pembeli)
Syarat ’aqid (penjual/pembeli)
·
Dewasa atau
Sadar.
·
Tidak dipaksa
atau tanpa hak.
·
Islam.
· Pembeli bukan
musuh
v Shighat (ijab dan qabul)
Syarat Shighat
·
Berhadap-hadapan.
·
Ditujukan pada
seluruh anggota badan yang akad.
·
Qabul diucapkan
oleh orang yang dituju dalam ijab.
·
Harus
menyeburkan barang atau harga.
·
Ketika
mengucapkan shighat harus disertai niat.
·
Pengucapan ijab
dab qabul harus sempurna.
·
Ijab dan qabul
tidak terpisah.
·
Antara ijab dan
qabul tidak terpisah oleh pernyataan lain.
·
Tidak berubah
lafadz
·
Bersesuaian
antara ijab dan qabul secara sempurna.
·
Tidak dikaitkan
dengan sesuatu
· Tidak dikaitkan
dengan waktu.
v Ma’qud alaih (benda atau barang yang
diperjual belikan)
Syarat Ma’qud ’Alaih (Barang)
• Suci.
•
Bermanfaat.
• Dapat
diserahkan.
• Barang
milik sendiri atau menjadi wakil orang lain.
• Jelas
dan dijetahui oleh kedua.
Syarat jual beli, dalam akad jual beli , terdapat 4
macam cara , yaitu :
v Syarat terjadinya akad ( in’iqakad)
Jika suatu akad jual beli tidak memenuhi
syarat ini , akadt tersebt akan menjadi batal
v Syrat syahnya akad
Jika suatu akad jual beli tidak memenuhi syarat
ini menurut ulama hanafia , akad tersebut menjadi fasih.
v Syarat terlaksananya akad (nafadz)
Dalam suatu akad jual beli tidak memenuhi syarat ini , akad
tersebut mauquf ( ditanguhkan) yang cenderung boleh , bahkan menurut ulama
malikiah , cenderung kepada kebolehan.
v Syarat Luzum
Jika suatu akd
jual beli tidak memenuhi syarat ini ,akad tersebut menjadi mukhayyir
(pilih–plih ), artinya ada khiyar (pilihan), baik khiyar untuk menetapkan
maupun membatalkan.
Hukum dan Sifat Jual Beli
Ditinjau
dari hukum dan sifat jual beli, jumhur ulama’ membagi jual beli menjadi dua
macam, yaitu:
v Jual beli yang dikategorikan sah (shahih),
yaitu jual beli yang emmenuhi ketentuan syara’, baik syarat maupun rukunnya.
v Jual beli yang dikategorikan tidak sah, yaitu
jual beli yang tidak memenuhi salah satu syarat dan rukun sehingga jual beli
menjadi rusak (fasid) atau batal. Dengan kata lain, menurut jumhur ulama’,
rusak atau batal memiliki arti yang sama.
Jual
Beli yang Dilarang dalam Islam
· Jual beli orang gila.
•
Jual beli anak kecil.
•
Jual beli orang buta.
•
Jual beli terpaksa.
•
Jual beli fudhul yaitu jual beli tanpa seizin pemiliknya.
•
Jual beli orang yang terhalang.
· Jual beli melalui surat atau melalui utusan
•
Jual beli dengan isyarat atau tulisan
•
Jual beli barang yang tidak ada di tempat akad
•
Jual beli tidak bersesuaian antara ijab dab qabul
•
Jual beli benda yang tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada
•
Jual beli barang yang tidak dapat diserahkan seperti burung yang ada di
udara atau ikan yang ada di air.
•
Jual beli gharar adalah jual beli barang yang mengandung kesamaran
· Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis
•
Jual beli barang yang tidak jelas (majhul)
•
Jual beli barang yang tidak ada
di tempat akad (ghaib), tidak adpat dilihat
· Jual beli riba
· Jual beli dengan uang dari barang yang diharamkan
•
Jual beli barang dari hasil pencegatan barang
RIBA
A. Definisi
Riba’
Riba secara literal berarti bertambah,
berkembang, atau tumbuh. Akan tetapi, tidak setiap tambahan atau pertumbuhan
itu dilarang oleh Islam.
menurut istilah teknis, riba’ berarti
pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil.
B. Jenis –
jenis riba’
Riba terbagi menjadi empat macam; (1)
riba nasiiah (riba jahiliyyah); (2) riba fadlal; (3) riba qaradl; (4) riba
yadd.
1.
Riba Nasii`ah.
Riba Nasii`ah adalah tambahan yang diambil karena
penundaan pembayaran utang untuk dibayarkan pada tempo yang baru, sama saja
apakah tambahan itu merupakan sanksi atas keterlambatan pembayaran hutang, atau
sebagai tambahan hutang baru.
2.
Riba
Fadlal
Riba fadlal adalah riba yang diambil
dari kelebihan pertukaran barang yang sejenis.
3.
Riba
al-Yadd.
Riba yang disebabkan karena
penundaan pembayaran dalam pertukaran barang-barang.
4.
Riba
Qardhy.
Riba qardhy adalah meminjam uang
kepada seseorang dengan syarat ada kelebihan atau keuntungan yang harus
diberikan oleh peminjam kepada pemberi pinjaman.
C. Hikmah di haramkannya riba’
Beberapa hikmah yang amat besar
dengan diharamkannya riba’ antara lain karena :
- Riba’ menghilangkan faedah berhutang piutang yang
menjadi tulang punggung gotong royong atas kebajikan dan taqwa.
- Riba’ menimbulkan dan menanamkan jiwa permusuhan antara
beberapa individu manusia
- Riba’ melenyapkan manfaat dan kepentingan yang wajib
disampaikan kepada orang yang sangat membutuhkan dan menderita
- Riba’ menimbulkan mental orang yang suka hidup mewah
dan boros serta ingin memperoleh hasil besar tanpa kerja keras diatas
kesusahan orang lain
- Riba’ merupakan jalan atau cara untuk menjajah orang
karena yang meminjam tidak dapat mengembalikan pinjamannya.