ANAK MUDA
DAN SOLUSI PERMASALAHANNYA
MAKALAH
MAKALAH
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Achievement Motivation training
Dosen pengampu:
Dosen pengampu:
Hasan Bisry Isa Alfaris, S.Kom.
Disusun
oleh:
M. Fikri Rofiudin (1402040442)
M. Fikri Rofiudin (1402040442)
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
JOMBANG
2015
BAB I
A. Latar Belakang
Pengertian dasar
tentang remaja (adolescence) ialah pertumbuhan kearah
kematangan. Masa remaja adalah masa Time Transition (perpindahan)
dari masa anak ke masa dewasa. Periode ini oleh para ahli psikologi digambarkan
sebagai periode yang penuh dengan tekanan dan ketegangan (stress and strain),
karena pertumbuhan kematangan-nya baru hanya pada aspek fisik sedang
psikologisnya masih belum matang saat mereka menghadapi perubahan masa anak ke
masa dewasa yang sangat cepat, mereka mengalami ketidaktentuan tatkala mencari
kedudukan dan identitas.
Para remaja bukan
lagi kanak-kanak, tetapi juga belum menjadi orang dewasa. Mereka cenderung dan
bersifat lebih sensitive karena perannya belum tegas. Ia mengalami pertentangan
nilai-nilai dan harapan-harapan yang akibatnya lebih mempersulit dirinya yang
sekaligus mengubah perannya. Para remaja adalah individu-individu yang sedang
mengalami serangkaian tugas perkembangan yang khusus (Oemar Hamalik,2002).
Oleh karena itu,
kita harus mempersiapkan generasi remaja sejak dini. Agar saat dewasa nanti,
mereka akan benar-benar menjadi orang dewasa yang sebenarnya. Agama Islam
sangat memberikan perhatian besar kepada upaya perbaikan mental para
pemuda.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa saja periode masa remaja dan aspek-aspek
perkembangan remaja?
2. Bagaimana Kenakalan remaja dengan permasalahannya?
3. Bagaimana cara untuk menanganinya ?
C. Tujuan
Penulisan
1. Agar pembaca dapat mengetahui periode masa remaja dan
aspek-aspek perkembangan remaja.
2. Agar pembaca dapat memahami tentang kenakalan remaja
dengan permasalahaanya serta bagaimana menanganinya.
BAB II
A. Periode dan Aspek-Aspek Perkembangan Remaja
Masa remaja terdiri dari tiga
periode :
1. Usia 12 – 15 tahun : masa
remaja awal “early adolescence” (pubertas)
2. Usia 15 – 18 tahun : masa
remaja pertengahan “masa adolescence”(adolescence)
3. Usia 18 – 21 tahun : masa
remaja akhir “late adolescance” (dewasa awal)
Sedangkan aspek-aspek perkembangan remaja terdiri dari
:
1. Perkembangan Fisik
Perkembangan fisik remaja, dipicu
oleh kelenjar Hipofisa menghasilkan hormon pertumbuhan, dan hormon kelamin
sehingga fisiologis/ fisik remaja mengalami proses kematangan. Tanda-tanda
kematangan fisik remaja secara universal, antara lain :
a. Tanda-tanda
perkembangan fisik primer : berkenaan dengan alat reproduksi seksual
remaja mencapai sexual maturity (kematangan seksual)
1). Secara kodrati adalah pada wanita mulainya
produksi hormon kewanitaan (estrogen dan progesterone) ditambah
produksi sel telur / ovum oleh “Ovarium”, bila produksi sel telur pada tiap
bulannya tidak terbuahi oleh sel sperma maka sel telur itu akan keluar
bersama-sama dengan rontokan selaput lendir rahim dan sejumlah darah melalui
vagina (inilah yang disebut darah haid). Pada pria / laki-laki
mulainya produksi sel sperma (benih-benih pria) oleh “Testis”, apabila jumlah
produksi sel sperma banyak secara alami keluar karena rangsangan atau keluar
sendiri biasanya saat pria tidur (disebut mimpi basah bagi pria).
2). Ditambah dengan kesempurnaan
organ genital wanita : Vagina, rahim, dan saluran telur, sedangkan untuk pria :
Penis, testis, dan skrotum.
b.
Tanda-tanda perkembangan fisik sekunder : berkenaan
perkembangan fisiologis diluar tubuh :
1). Untuk laki-laki : semakin kuat
susunan urat daging, bahu lebar, tumbuh rambut pada sekitar kelamin, dada,
jambang, kepala, dan ketiak.
2). Untuk wanita : jaringan pengikat
dibawah kulit (lemak) menyebabkan besarnya paha, selanjutnya tanda yang lain
adalah panggul lebar, besarnya payudara, tumbuh rambut sekitar kelamin, ketiak
dan kepala.
Pengaruh percepatan pertumbuhan
membawa implikasi pada psikososial remaja, yakni; remaja akan mengalami konflik
batin atas tuntutan masyarakat terhadapnya untuk melakukan pekerjaan dewasa,
yang menurut mereka remaja sudah cukup mampu melakukannya, padahal dalam
kenyataannya remaja merasa tidak atau belum mampu.
Remaja akan mengalami kegusaran
batin yang mendalam bilamana remaja melihat ketidaknormalan atau penyimpangan
bentuk badan, karena remaja sadar bahwa penampilannya adalah daya rangsang
sosial yang utama.
Cacat badan sangat merisaukan
terutama pada masa remaja, karena penampilan fisik dianggap sangat penting.
Cacat badan akan mengahambat perkembangan kepribadian yang sehat.
2. Perkembangan Emosi Remaja
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu
perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual
mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan
baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan
untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal,
perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang
sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya
bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah
sedih/murung);sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
3. Perkembangan Sosial Remaja
Dalam hal perilaku sosial, remaja mengalami perubahan
yang jauh berbeda dengan masa sebelumnya (masa anak) diantaranya :
a. Saat masa
anak-anak segalanya diintervensi orang tua, sementara remaja merasa mampu
berdiri sendiri atau mengatasi masalahnya dan tidak mau diintervensi oleh orang
tua atau orang dewasa, bahkan remaja tidak mau harga dirinya diremehkan
(mencari pengakuan jati diri) dari orang tuanya, orang dewasa, dan teman
sebayanya (dalam istilah para ahli: emansipasi).
b. Saat usia
anak-anak sangat dekat dengan “intim” interaksi sosialnya dengan orang tua,
sementara masa remaja memilih lepas dari orang tua dan lebih intim dengan teman
sebayanya (peer-group atau Clique = kelompok kecil)
perilaku sosial remaja ini disebut monding.
Monding pada remaja = pelepasan dari orang tua menuju
kelompok sebaya (mencari sahabat)
c. Remaja
memiliki kecenderungan untuk mengikuti “free style” (gaya hidup)
kelompok sebayanya, bahkan nilai-nilai kelompok menjadi keterikatan sosialnya
“istilah para ahli: conformity / konformitas”.
d. Remaja diwaktu
luang sering menggunakannya untuk “to kill the time” bersenang-senang bersama
kelompok sebayanya.
Remaja mudah sekali hanyut dalam rangsanga sosial yang
negatif karena tidak selektif memilih teman atau kelompok sebayanya. Bila teman
atau kelompok sebayanya memiliki life-style yang buruk bahkan
melanggar hukum dan ajaran Islam (seperti minum-minuman keras,
mengonsumsi zat adiktif, psikotropika, seks bebas) akan menyeretnya
kedalam jurang yang gelap, sehingga kesuksesan dan
kebahagiaan“Dream” (harapan,cita-cita) pada masa mendatang tidak dapat
digapainya.
4. Perkembangan Moral Remaja
Moralitas remaja “lebih matang” jika dibandingkan
dengan usia anak, karena hasil pengalaman yang didapat dan dari interaksi
sosial remaja dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya.
Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep
moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Muncul
dorongan-dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat dinilai baik
oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan
fisiknya, tetapi psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian
positif dari orang lain tentang perbuatannya).
5. Perkembangan Kepribadian
Remaja
Kepribadian remaja telah mencapai integritas yang
cukup antara sifat bawaan, sikap, dan pola-pola kebiasaan “adatul
iroda”. Sifat-sifat kepribadian remaja mencerminkan perkembangan fisik,
seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nilai-nilai (baik/kurang baik atau
sopan/kurang sopan). Berkembangnya jati diri “identity” remaja sangat
penting untuk menumbuhkan pribadi yang sehat. Semisal saat berbuat sesuatu
remaja sadar dan mempertimbangkan keuntungan atau kerugian buat dirinya dan
orang lain, yang menyangkut jati dirinya sendiri.
B. Kenakalan Remaja dengan Permasalahannya
Memahami permasalahan remaja berati mengetahui latar
belakang permasalahan tersebut secara mendalam, yakni dengan permasalahan yang
dihadapinya.
Adapun kenakalan remaja dengan dengan permasalahannya
diantara lain :
1. Remaja dan Rokok
Di masa modern ini, merokok merupakan suatu
pemandangan yang sangat tidak asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat
memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan
dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang-orang di sekitarnya. Berbagai
kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negative bagi
tubuh penghisapnya.
Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan
oleh remaja yang biasanya dilakukan di depan orang lain, terutama dilakukan di
depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau
dengan kata lain dengan kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok :
a. Pengaruh
orang tua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa
anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, di mana orang
tua tidak begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang berasal
dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer & Corado dalam Atkinson,
Pengantar Psikologi, 1999 : 294).
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan semakin banyak remaja
merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama
remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan teman-teman tersebut
yang dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi
perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% mempunyai sekurang-kurangnya satu
atau lebih sahabat yang perokok begitu pula dengan remaja non perokok (Al
bachri, 1991).
c. Faktor
kepribadian
Orang mencoba ingin merokok karena alasan ingin tahu
atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri
dari kebosanan. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada
pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi
pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang rendah (Atkinson,
1999).
d. Pengaruh iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang
menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejahatan atau glamour,
membuat remaja sering kali terpicu untuk mengikuti prilaku seperti yang ada
dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO, tahun IX, 1991)
2. Penyimpangan
Seks Pada Remaja
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja
sangatlah diperlukan agar mereka tidak “kuper” dan “jomblo” yang biasanya jadi
anak mama.”banyak teman maka banyak pengetahuan”. Namun tidak semua teman kita
sejalan dengan yang kita inginkan. Mungkin mereka suka huru hara, suka dengan
yang berbau pornografi, dan tentu saja ada yang bersifat terpuji. Benar agar
kita tidak terjerumus dipergaulan bebas yang menyesatkan.
Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian
dari kehidupan manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika
kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja
itu sendiri. Masa remaja dapat dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tau pada
diri seseorang dengan berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring
dengan bertambahnya usia seseorang, organ produksi mengalami perkembangan dan
pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan organ produksi dan
perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan jenisnya serta arus
media informasi baik elektonik maupun non elektronik akan sangat berpengaruh
terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja
terkait dengan masa awal kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah
kehamilan yang terjadi pada remaja di luar pernikahan. Apalagi apabila
kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah. Siswi yang mengalami kehamilan
biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama yaitu dari pihak sekolah,
biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat ini terjadi adalah
sekolah meresponnya dengan sangat buruk dan berujung dengan dikeluarkannya
siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi tersebut
tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut.
Hal
tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat
kita. Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah.
Karena masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu
dan bayi mereka namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di
masyarakat dan juga membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun,
alasan-alasannya tidak sepenuhnya di mengerti. Beberapa sebab kehamilan
termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga berencana, perbedaan budaya
yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya, perasaan remaja akan
ketidak amanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan keinginan
yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja
masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak
terjadi pada masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.
3. Remaja dan
Penyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN),
jumlah kasus penyalahgunaan Narkoba di Indonesia dari tahun 1998–2003 adalah
20.301 orang, di mana 70% di antaranya berusia antara 15–19 tahun.
Ø Definisi dan Macam-Macam
Narkoba
Narkoba
(singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan adiktif berbahaya lainnya)
adalah bahan atau zat yang jika dimasukkan dalam tubuh manusia, baik secara
oral / diminum ,dihirup, maupun disuntikkan, dapat mengubah pikiran, suasana
hati atau perasaan, prilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan
(adiksi) fisik dan psikologis.
Narkoba
adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintites yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.
(Undang-undang No.22 tahun 1997).
Psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan pada aktifitas mental dan prilaku ( Undang-undang No.
5/1997).
Sedangkan berdasarkan efeknya, narkoba bisa dibedakan
menjadi tiga :
1. Depresan, yaitu menekan sistem-sistem syaraf pusat
dan mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga pemakai merasa tenang,
bahkan bisa membuat pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan dosis
bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba depresan antara lain opioda, dan berbagai turunannya
seperti morphin dan heroin. Contoh yang popular
sekarang
adalah Putaw.
2. Stimulan, merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan
kegairahan serta kesadaran. Jenis stimulan : Kafein, Kokain, Amphetamin. Contoh
yang sekarang sering dipakai adalah shabu-shabu dan ekstasi.
3. Halusinogen, efek utamanya adalah mengubah daya
persepsi atau
mengakibatkan halusinasi. Halusinogen kebanyakan
berasal dari tanaman seperti mescaline dari kaktus dan psilocybin dari
jamur-jamuran. Selain itu ada juga yang diramu di laboratorium seperti LSD.
Yang paling banyak dipakai adalah marijuana atau ganja.
Penyalahgunaan Nakoba
Kebanyakan
zat dalam narkoba sebenarnya digunakan untuk pengobatan dan penelitian. Tetapi
karena berbagai alasan mulai dari keinginan untuk dicoba-coba, ikut trend/gaya, lambing status social, ingin
melupakan persoalan dan lain-lain, maka narkoba kemudian disalahgunakan.
Penggunaan terus menerus dan berlanjut akan menyebabkan ketergantungan atau
dependensi yang disebut juga dengan kecanduan. Tingkatan penyalahgunaan
biasanya sebagai berikut :
o Coba-coba
o Senang-senang
o Menggunakan
pada saat atau keadaan tertentu
o Penyalahgunaan
o Ketergantungan
C. PENANGANAN MASALAH YANG
TERJADI PADA REMAJA
Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll.
Semua masalah tersebut
perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon
penerus generasi bangsa. Ditangan remaja lah masa depan bangsa ini
digantungkan. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk
mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara
lain :
Ø Peran
Orang tua :
- Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
- Membekali anak dengan dasar moral dan agama
- Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
- Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
- Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
- Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
- Hindarkan anak dari NAPZA
- Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
- Membekali anak dengan dasar moral dan agama
- Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
- Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
- Menjai tokoh panutan bagi anak baik dalam perilaku maupun dalam hal menjaga lingkungan yang sehat
- Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak
- Hindarkan anak dari NAPZA
Ø Peran
Guru :
- Bersahabat dengan siswa
- Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
- Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
- Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
- Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
- Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
- Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
- Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
- Mewaspadai adanya provokator
- Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
- Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan social
- Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
- Bersahabat dengan siswa
- Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
- Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
- Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
- Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
- Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
- Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
- Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempat
- Mewaspadai adanya provokator
- Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
- Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat dalah hal fisik, mental, spiritual dan social
- Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA
Ø Peran
Pemerintah dan masyarakat :
- Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
- Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
- Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
- Memberikan keteladanan
- Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
- Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
- Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
- Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
- Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
- Memberikan keteladanan
- Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
- Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan
Ø Peran
Media :
- Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
- Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
- Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja
- Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)
- Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)
- Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas biaya khusus untuk remaja
C.3.2 Penanganan Masalah Remaja dengan cara
Mekanisme Pertahanan Diri
Sebagian
individu mereduksi perasaan, kecemasan,stress, ataupun konflik dengan melakukan
mekanisme pertahanan diri, baik yang ia lakukan secara sadar ataupun tidak. Hal
ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Freud sebagai berikut: Such
defense mechanism are put into operation whenever anxiety signals a danger that
the original unacceptabla impulses may reemerge (Microsoft Encarta Encyclopedia
2002).
Freudz menggunakan istilah mekanisme
pertahanan diri (defense mechanism) untuk menunjukkan proses tak sadar yang
melindungi yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikan
kenyataan. Pada dasarnya strategi-strategi ini tidak mengubah kondisi objektif
bahaya dan hanya mengubah cara individu memersepsi atau memikirkan masalah itu.
Jadi, mekanisme pertahanan diri melibatkan unsur penipuan diri.
Istilah mekanisme bukan istilah yang paling tepat
karena menyangkut semacam peralatan mekanik. Istilah tersebut mungkin karena
Freud banyak dipengaruhi oleh kecenderungan abad ke-19 yang memandang manusia
sebagai mesin yang rumit. Berikut beberapa mekanisme pertahanan diri yang biasa
terjadi dan dilakukan oleh sebagian besar individu, terutama remaja yang sedang
mengalami pergaulan dahsyat dalam perkembangannya kea rah kedewasaan. Mekanisme
pertahanan diri berikut, diantaranya dikemukakan oleh Freud, tetapi beberapa
orang yang lain merupakanhasil pengembangan ahli psikionalistis lainnya.
1. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu untuk
menyingkirkan frustasi, konflik batin, mimpi buruk, krisis keuangan dan
sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila represi terjadi, hal-hal yang
mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran walaupun masih tetap ada
pengaruhnya terhadap perilaku. Jenis-jenis amnesia tertentu dapat dipandang
sebagai bukti adanya represi, tetapi represi juga dapat terjadi dalam situasi
yang tidak terlalu menekan. Bahwa individu merepresikan mimpinya, karena mereka
membuat keinginan di bawah sadar yang menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Pada
umumnya, banyak individu yang pada dasarnya menekankan aspek positif dari
kehidupannya. Beberapa bukti, misalnya:
a. Individu
cenderung untuk tidak berlama-lama mengenali sesuatu yang tidak menyenangkan,
dibandingkan dengan hal-hal yang menyenangkan,
b. Berusaha sedapat mungkin untuk tidak melihat
ganbar kejadian yang menyesakkan dada,
c. Lebih sering mengomunikasikan berita baik
daripada berita buruk,
d. Lebih mudah mengingat hal-hal yang positif daripada
yang negative,
e. Lebih sering menekankan kejadian yang
membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan.
2. Supresi
Supresi merupakan suatu proses pengendalian diri yang
terang-terangan ditujukan untuk menjaga agar impuls-impuls dan dorongan yang
ada tetap terjaga (mungkin dengan cara menahan perasaan itu secara pribadi,
tetapi mengingkarinya secara umum). Individu sewaktu-waktu mengesampingkan
ingatan-ingatan yang menyakitkan agar dapat menitikberatkan kepada tugas. Ia
sadar akan pikiran-pikiran yang ditindas (supresi), tetapi umumnya tidak
menyadari akan dorongan-dorongan atau ingatan yang ditekan (represi).
3. Reaction Formation (Pembentukan Reaksi)
Individu dikatakan mengadakan pembentukan reaksi
ketika dia merusaha menyembunyikan motif dan perasaan yang sesungguhnya
(mungkin dengan cara supresi atau represi), dan menampilkan ekspresi wajah yang
berlawanan dengan yang sebetulnya. Dengan cara ini, individu tersebut dapat
menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh keharusan untuk menghadapi
ciri-ciri pribadi yang tidak menyenangkan. Kebencian, misalnya tidak jarang
dibuat samar dengan menampilkan dan tindakan yang penuh kasih saying, atau
dorongan seksual yang besar dibuat samar dengan sikap sok suci, dan permusuhan
ditutupi dengan tindak kebaikan.
4. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya, individu dihadapkan
pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustasi dan mengalami kecemasan,
sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan
membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan
kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena
tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat bergantung pada
individu lain merupakan salah satu contoh pertahanan diri dengan fiksasi,
kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Remaja yang mengalami perubahan
drastic sering dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
5. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila
berada dalam situasi frustasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Ini dapat pula
terjadi bila individu yang menghadapi tekanan kembali melakukan sesuatu yang
khas bagi individu yang berusia lebih muda. Ia memberikan respon seperti
individu yang lebih muda (anak kecil).
6. Menarik diri
Reaksi ini merupakan respon yang umum dalam mengambil
sikap. Bila individu menarik diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan
apapun. Biasanya repon ini disertai dengan depresi dan sikap apatis.
7. Mengelak
Bila merasa diliputi oleh stress yang lama, kuat dan
terus menerus, individu cenderung untuk mencoba mengelak atau mereka akan
menggunakan metode yang tidak langsung.
8. Denial (Menyangkal Kenyataan)
Bila individu menyangkal kenyataan, dia menganggap
tidak ada atau menolak adanya pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya
mereka sadari sepenuhnya) dengan maksud untuk melindungi dirinya sendiri.
Penyangkalan kenyataan juga mengandung unsure penipuan diri.
9. Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa
dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya
dari peristiwa-peristiwa yangtidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan
kecemasan dan dapat menimbulkan frustasi.
10. Rasionalisasi
Rasionalisasi sering dimaksudkan sebagai usaha
individu untuk mencari-cari alas an yang dapat di terima secara social untuk
membenarkan atau menyembunyikan perilaku yang buruk. Rasionalisasi juga muncul
ketika individu menipu dirinya sendiri dengan berpura-pura menganggap yang
buruk adalah baik,atau yang baik adalah buruk.
11. Intelektualitas
Apabila individu menggunakan teknik intelektualitas,
dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang sangat amat
menekan dengan cara analitik, intelektual, dan sedikit menjauh dari persoalan.
12. Proyeksi
Individu yang menggunakan teknik proyeksi biasa nya
sangat cepat dalam memperlihat kan ciri pribadi individu lain yang tidak dia
sukai dan apa yang dia perhatikan itu cenderung dibesar-besarkan. Teknik ini
mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan karena dia harus menerima
kenyataan akan keburukan dirinya sendiri. Dalam hal ini, represi atau supresi
sering dipergunakan.