Berbagi Ilmu dan Pengetahuan

Makalah Pengantar Manajemen “Kepemimpinan Dalam Berorganisasi”

Makalah
Pengantar Manajemen
“Kepemimpinan Dalam Berorganisasi”



Disusun Oleh
Nama  :
M. Fikri Rofiudin  (1402040442)

Dosen  : H. Muhyiddin Zainul Arifin. SH. SE. M.M.

FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS A.WAHAB CHASBULLOH
PTA 2014/2015


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah “Pengantar Manajemen” yang berjudul “Kepemimpinan Dalam Organisasi” dan menjadi salah satu tugas dari mata kuliah Pengantar Manajemen ini dengan baik dan lancar.
Penyusunan makalah tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu dengan segala ketulusan dan kerendahan hati kami ingin mengucapkan terima kasih kepada: 
      1.       Bapak ?, selaku dosen pengampu mata kuliah Pengantar Manajemen.
    2.       Teman – teman yang membantu dan mendorong serta memberikan informasi yang sangat diperlukan dalam penyusunan makalah ini.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai referensi tambahan di bidang ilmu Pengantar Manajemen.

                                                                                        Jombang, 2 Oktober 2014

                                                                                                        Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …….…………………………………..………………….2
Daftar Isi ………………………………………………………………...…3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang ……………………………………..…...….......................4
1.2.  Rumusan Masalah …………………………………………………….......5
1.3.  Tujuan Penulisan ….………………………………………………..…......5
1.4.  Manfaat Penulisan ……………………………………….…..……............5
BAB II  PEMBAHASAN
2.1 Pengertian ……………………….……………………………………..6
·         Organisasi ……………………………………………………....................6
·         Kepemimpinan …....…………………………………………....................6
·         Pemimpin ………………………….…………………………....................6
2.2  Teori-Teori Kepemimpinan ……………..……………….……….…....7
2.3  Tipe-Tipe Kepemimpinan ………..........................................….……........9
2.4  Syarat-syarat pemimpin yang Baik dan Benar …………….....………...11
2.5  Karakteristik Seorang Pemimpin …………..………….………………...11
2.6  Perilaku Pemimpin ……………………....……………………………......11
2.7  Pendekatan Perilaku Pemimpin ………………….……………………....12
2.8  Fungsi Pemimpin dalam Berorganisasi ……………………….………....12
2.9  Fungsi Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan ……………...……...12
2.10 Hubungan Peristiwa yang Terjadi ………………………………….......14
2.11 Gambaran Kepemimpinan yang Baik dan Benar ..................................17
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan………………………………………………….…………21
3.2. Penutup……………………………………...………....………………21
Daftar Pustaka………………....………………………………...…….…..22

BAB I
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri, dalam hidup manusia selalu berinteraksi dengan sesame serta lingkungannya. Manusia hidup berkelompok, baik dalam kelompok besar maupun kecil. Hidup dalam kelompok tidaklah mudah, untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis, anggota kelompok haruslah saling menghormati dang menghargai. Agar terciptanya suatu organisasi yang harmonis, maka manusia harus memiliki kelompok dalam suatu organisasi tertentu. Kepemimpinan merupakan hal yang selalu menarik dibicarakan. Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektifitas pemimpin. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif maka organisasi tersebut akan maju dan mendapatkan simatik dari masyarakat.
Terdapat pengertian yang lain yaitu; kepemimpinan merupakan lokomotif organisasi yang selalu menarik dibicarakan. Daya tarik ini didasarkan pada latar historis yang menunjukkan arti penting keberadaan seorang pemimpin dalam setiap kegiatan kelompok dan kenyataan bahwa kepemimpinan merupakan sentrum dalam pola interaksi antar komponen organisasi (Suarjaya dan Akib, Usahawan bulan Nopember 2003: 42). Lebih dari itu, kepemimpinan dan peranan pemimpin menentukan kelahiran, pertumbuhan dan kedewasaan serta kematian organisasi.
Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting effektifitas manajer. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas–kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menseleksi pemimpin-pemimpin efektif akan meningkat. Lebih jelasnya mengenai kepemimpinan dan seperti apa yang memimpin akan di paparkan dalam makalah yang telah kami susun ini.
      1.1            Latar Belakang
Latar Belakang pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas makalah Teori Organisasi Umum I (Softskill) yang bertemakan“Arti Penting Kepemimpinan Dalam Organisasi, yang diberikan oleh Ibu Ira Phajar Lestari untuk lebih memahami Apa itu Arti Penting Kepemimpinan dalam berorganisasi.
1.2       Rumusan Masalah
Dengan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, maka dapat di katakan bahwa rumusan masalah adalah sebagai berikut:
·         Apa pengertian dari Organisasi, Pemimpin dan Kepemimpinan ?
·         Apa kriteria pemimpin yang baik ?
·         Bagaimana teori munculnya seorang pemimpin ?
·        Apa saja tipe – tipe kepemimpinan itu dan cirri khusus yang dimilikinya ?
Contoh kasus apa yang terjadi saat ini dengan pembahasan makalah ?
1.3     Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk saling berbagi informasi pada mahasiswa lain bagaimana menjadi pemimpin yang baik khususnya untuk diri sendiri, umumnya dalam berorganisasi dan untuk menganalisis arti penting kepemimpinan dalam organisasi dan kaitannya dengan masalah yang baru saja terjadi.
1.4     Manfaat Penulisan
      ·     Mengetahui apa itu Arti Penting Kepemimpinan dalam Beroganisasi
      ·   Menerapkan sikap berkepemimpinan khususnya untuk diri sendiri, umumnya dalam berorganisasi
     ·   Mengetahui dan dapat menganalisis arti penting kepemimpinan dalam organisasi dan kaitannya dengan masalah yang baru saja terjadi.

BAB II
ISI/ PEMBAHASAN
2.1     Pengertian
Organisasi adalah alat dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh beberapa orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dipilihlah seorang pemimpin sebagai penggerak atau motivator dalam organisasi.
Kepemimpinan adalah kekuasaan untuk mempengaruhi seseorang, baik dalam mengerjakan sesuatu atau tidak mangerjakan sesuatu.
Terdapat dua hal penting dari kepemimpianan yaitu :
       a.       Kepemimpinan sangat berkaitan erat dengan hal mempengaruhi.
       b.       kepemimpinan adalah bagaimana mempengaruhi orang lain tanpa paksaan
tetapi dalam hal merumuskan pengertian dari kepemimpinan ini, tentu berbeda tergantung dari sudut mana seseorang melihatnya. berikut beberapa definisi dari kepemimpinan:
         1.      Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
         2.      Wexley & Yuki [1977], kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
        3.      Georger R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
      4.      Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya para ahli tersebut melihat dari sudut pandang bagaimana mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. namun ada pendapat para ahli lain yang melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang berbeda, seperti :
     1.      Fiedler [1967], kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
     2.      John Pfiffner, kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang di kehendaki.
     3.      Davis [1977], mendefinisikan kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat .
     4.      Ott [1996], kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses hubungan antar pribadi yang di dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku orang lain.
      5.      Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama
Pemimpin sendiri adalah seseorang yang bertanggung jawab atas suatu organisasi dalam mencapai tujuan tertentu. Pimpinan yang dapat dikatakan sebagai pemimpin yang baik setidaknya memenuhi beberapa kriteria,yaitu :
     1.      Pengaruh : Seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan.
     2.       Kekuasaan/power : Seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.
     3.      Wewenang : Wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada pemimpin untuk fnenetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan.
       4.       Pengikut : Seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaaan/power, dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin.
Dalam hal ini pemimpin pun harus memiliki pengetahuan yang luas dan berpendidikan, Bertanggung jawab, dapat dipercaya, tertib dan teratur, dapat mengatur waktunya dengan baik, keputusan dan dapat memberi contoh terhadap suatu golongan atau organisasi tertentu dikarenakan adanya kekuasaan untuk mencapai suatu tujuan bersama.

2.2     Teori-Teori Kepemimpinan
Beberapa ahli mungkin sudah mekemukakan bagaimana timbulnya seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Dan isi dari teori yang satu dengan lainnya pun tidak sama. Dari bebrapa teori yang dikemukakan ada 3 yang sering dipelajari yaitu:
  1. Teori Genetie -> bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena ia telah dilahirkan dengan bakat pemimpin
  2. Teori Sosial -> Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and not born”. Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
  3. Teori Ekologis -> Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu.
Didalam Teori Kepemimpinan terdapat :
·         Teori Sifat Kepemimpinan (Traist Theory)
Teori ini bertitik tolak dari asumsi bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sisfat-sifatnya. Sifat tersebut dapat berupa sifat fisik maupun sifat psikologis. Dari hasil penelitian Charles dan David disimpulkan bahwa, ada Lima sifat yang dapat menyebabkan keberhasilan kepemimpinan, yaitu :
        a)      Intelegensia : Para pemimpin pada umumnya relatif harus lebih cerdas dari orang-orang yang dipimpinya.
     b)      Visioner : Pemimpin harus memiliki kematangag dan keluasan pandangan sosial. Secara emosional para pemimpin harus mampu melihat suatu masalah secara utuh dan memiliki control yang baik dalam mengendalikan kondisi yang kritis.
      c)      Percaya Diri : Pemimpin harus memiliki kepercayaan diri dan keyakinan terhadap diri sendiri yang didukung oleh kemampuan untuk menganalisis potensi, kekuatan, kelemahan dan yang dimiliki sehingga dapat memaksimalkan potensi dalam dirinya dan mengantisipasi kekurangan yang dimiliki.
      d)      Motivasi : Pemimpin memiliki dorongan semangat yang sangat kuat dari dalam dirinya untuk senantiasa tampil sebagai solusi dari setiap permasalahan yang ada, dan memiliki konsep problem solving yang jelas terhadap suatu masalah yang dihadapi. 
    e)      Komunikatif : Pemimpin harus memiliki kemampuan melakukan hubungan dan komunikasi dengan setiap orang dengan tipe apapun. Hal yang harus difahami bahwa untuk mencapai suatu tujuan harus didukung oleh orang lain sehingga seorang pemimpin harus memiliki kemampuan memahami individu yang dipimpinnya.

·         Teori Situasional (Situasional Theory)
Teori ini berpendapat bahwa keberhasilan seorang pemimpin disebabkan oleh situasi yang ada disekitarnya, bukan karena sifat-sifatnya, bole dikatakan bahwa teori ini mengamsusikan bahwa seorang pemimpin dapat berhasil karena “ kebetulan” situasi disekitarnya mendukung. Menurut teori ini, ada beberapa faktor yang menjadikan seorang pemimpin berhasil secara kebetulan :
      a)      Sejarah organisasi : seorang pemimpin berhasil karena dia kebetulan memimpin organisasi yang awalnya sudah berhasil dan memiliki nama besar, bukan karena prestasi dia sebagai pimpinan di organisasi tersebut.
     b)      Umur dari Pejabat lama : seorang pemimpin menjadi berhasil karena adanya “warisan” dari pemimpin sebelumnya yang kebetulan menjadi seniornya dan karena masa kepemimpinan pimpinan yang lama telah usai, maka dialah yang berhak mewarisi kepemimpinan tersebut dengan segala nama besar pemimpin sebelumnya.
     c)       Masyarakat Sekitar : Secara kebetulan masyarakat yang dipimpinnya adalah masyarakat yang turut dan patuh terhadap apapun yang menjadi keputusannya.
     d)      Beban Kerja : Seorang pemimpin dinilai berhasil karena kebetulan beban kerja yang menjadi tanggungjawabnya sangat ringan dan tidak memiliki tantangan sedikit pun sehingga dengan mudah diselesaikan tanpa halangan sedikitpun.
     e)       Susana Psikologis : Pemimpin juga biasanya secara kebetulan diuntungkan oleh bawahan yang dipimpin, ada kalanya seorang pemimpin hanya membawahi orang-orang “biasa “ yang menerima segala sesuatu apa adanya dan sama sekali tidak memiliki daya kritis sedikit pun terhadap kebijakan yang ada dalam organisasi, sehingga organisasi dalam keadaan terkendali dan pemimpinnya dianggap berhasil.
       f)        Jenis Organisasi : Keberhasilan Pemimpin juga karena kebetulan organisasi yang dipimpin hanya dalam skala kecil sehingga masalah yang dihadapi tidak kompleks, bahkan hampir dikatakan organisasi yang dipimpinnya tidak pernah menemui kendala sedikitpun.
    g)      Ketersediaan Waktu : Kepemimpinan seseorang dianggap berhasil karena kebetulan dia mengambil keputusan yang tepat, ini karena waktu yang digunakan untuk memutuskan sesuatu sangat luas dan tidak mendesak sehingga keputusan yang diambil dapat dipikirkan dengan tenang, lain halnya bila waktu yang dibutuhkan untuk memutuskan sesuatu sangat sempit dan mendesak, pasti hasilnya tidak maksimal.

2.3      Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam berorganisasi tentu kita mempunyai seorang pemimpin, dan tentunya mempunyai cara kepemimpinan yang khas. Berikut tipe-tipe kepemimpinan tersebut:
      1.      Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
      2.      Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat sebagai berikut:
   a.   Mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan
    b.   Mereka bersikap terlalu melindungi
    c.    Mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
    d.   Mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif
  e.    Mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri
   f.     Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.

       3.      Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
          a.      lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana
              b.      menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan
        c.      sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan
              d.     menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya
              e.      tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya
              f.      komunikasi hanya berlangsung searah.
       4.      Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
             a.       mendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi
             b.      pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal
             c.       berambisi untuk merajai situasi
             d.      setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri
           e.       bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan
              f.       semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi
              g.      adanya sikap eksklusivisme
              h.      selalu ingin berkuasa secara absolute
              i.        sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku
              j.        pemimpin ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
       5.      Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
       6.      Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
       7.      Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
       8.      Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat.

2.4 Syarat-syarat Pemimpin yang Baik dan Benar
Pengembangan kemampuan itu adalah suatu proses yang berlangsung terus menerus dengan maksud agar yang bersangkutan semakin memiliki ciri-ciri kepemimpinan.
Walaupun belum ada kesatuan pendapat antara para ahli mengenai syarat-syarat ideal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, akan tetapi beberapa di antaranya yang terpenting adalah sebagai berikut :
        a.       Pendidikan umum yang luas.
        b.      Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang genoralist yang baik juga.
        c.       Kemampuan berkembang secara mental
        d.      Ingin tahu
        e.       Kemampuan analistis
        f.       Memiliki daya ingat yang kuat
        g.      Mempunyai kapasitas integratif
        h.      Keterampilan berkomunikasi
         i.        Keterampilan mendidik
          j.        Personalitas dan objektivitas
         k.      Pragmatismo
         l.        Mempunyai naluri untuk prioritas
         m.    Sederhana
          n.      Berani
          o.      Tegas dan sebagainya.

2.5      Karakteristik Seorang Pemimpin
Didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney):
    1.    Seorang yang belajar seumur hidup
   Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya, belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
     2.    Berorientasi pada pelayanan
    Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
     3.    Membawa energi yang positif
      Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.

2.6       Perilaku Pemimpin
       A.    Kepemimpinan Suportif
     Melibatkan perilaku pemimpin yang menunjukkan perhatian terhadap  kesejahteraan dan kebutuhan pribadi para bawahan.Perilaku kepemimpinan tersebut terbuka, bersahabat, dan ramah.
       B.     Kepemimpinan Direktif
       Muncul ketika pemimpin memberi tahu para bawahan apa yang harus mereka kerjakan.perilaku pemimpin meliputi perencanaan,pembuatan jadwal,panentuan tujuan-tujuan  kerja dan standar-standar  perilaku serta penekanan ketaatan pada peraturan-peraturan.
       C.     Kepemimpinan Partisipatif
       Berarti pemimpin berkonsultasi dengan para bawahannya tentang keputusan-keputusan. Perilaku pemimpin terdiri atas menanyakan opinidan saran,mendorong partisipasi dalam pembuatan keputusan ,dan menemui para bawahan di lingkungan kerja.
       D.    Kepemimpinan yang Berorientasi pada Pencapaian
     Muncul ketika pemimpin menentukan tujuan yang jelas dan menantang bagi para bawahan. Perilaku pemimpin menekankan kinerja kualitas tinggi dan peningkatan kinerja saat ini.

2.7        Pendekatan Perilaku Pemimpin
Perilaku utama seorang pemimpin itu terbagi dua yaitu:
       A.   Pertimbangan
   Yaitu tipe perilaku yang mendeskripsikan sejauh mana pemimpin sensitif thd para bawahan,menghormati ide-ide dan perasaan mereka,serta membangun kepercayaan mutual.
       B.     Struktur awal
     Yaitu tipe perilaku pemimpin yang mendeskripsikan sejauh mana pemimpin berorientasi pada tugas dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja bawahan untuk mencapai tujuan.

2.8     Fungsi Pemimpin dalam Organisasi
Tugas pokok seorang pemimpin pada dasarnya adalah melaksanakan fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, dan mengawasi. Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang dipimpin mau bekerja secara erektif seorang pemimpin di samping harus  memiliki inisiatif dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-tugas seorang pemimpin dalam sebuah organisasi meliputi: pengambilan keputusan, menetapkan sasaran dan menyusun kebijaksanaan, mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.

2.9      Fungsi Pemimpin dalam Pengambilan Keputusan
Salah satu fungsi pemimpin dalam manajemen adalah mengambil keputusan secara efektif. Keberadaan sumber-sumber, biaya, bahan, keahlian, tenaga, pengetahuan, waktu dan ruang sangat terbatas, oleh karena itu timbulah pengambilan keputusan.
Fungsi kepemimpinan pada dasarnya menyangkut dua hal pokok, yakni:
(1) fungsi yang berkaitan dengan tugas yang disebut fungsi pemecahan masalah
(2) fungsi pemeliharaan kelompok yang disebut fungsi sosial
Langkah pengambilan keputusan bervariasi, meskipun demikian secara umum meliputi :
  1. Merumuskan masalah
  2. Merumuskan hasil yang diharapkan
  3. Mengembangkan pilihan penyelesaian
  4. Mengetahui apa yang harus dilaksnakan setelah keputusan diambil.
Dibawah ini merupakan beberapa contohkasus pemimpin dalam berorganisasi :
    ü  Contoh Kasus Pada Prilaku Individu
ketika sedang mengikuti perkuliahan softskill, dosen ingin menjelaskan materinya dengan menggunakan OHP, ada seorang mahasiswa yang sadar kemudian dia berjalan ke depan dan meminta ijin kepada dosen untuk membantu mempersiapkan OHP dan mematikan sebagian lampu yang menyala agar materi yang berada di OHP dapat terlihat jelas dan mahasiswa lebih nyaman dalam mengikuti perkuliahan.
    ü  Contoh Kasus Pada Kelompok atau Interpersonal
Kelompok didalam universitas yang terdiri dari dosen, mahasiswa, karyawan dan pemimpin kampus harus dapat saling bekerja sama untuk mewujudkan tujuan organisasi. Organisasi akan cepat mencapai tujuanya apa bila ada keterpaduan antara tujuan kelompok tersebut dengan tujuan organisasi.
Keterpaduan dalam kerjasama antara kelompok dalam organisasi tidak mungkin didapatkan apabila tidak ada keterpaduan individu-individu dalam sebuah kelompok. Tidak hanya ketepaduan antara individu dalam kelompok tersebut, tetapi harus ada komitmen yang sama antar anggota kelompok. Contoh Kasus : Masalah pemukulan yang dilakukan oleh dosen (seorang individu bagian dari kelompok dosen) terhadap seorang mahasiswa (Seorang individu yang merupakan bagian dari kelompok mahasiswa). Ini disebut juga konflik antar individu yang ada dalam sebuah organisasi. Menurut Kast (2000), konflik antar individu dalam organisasi disebabkan oleh perbedaan peranan dan kepribadian. Jelas bahwa antara dosen dan mahasiswa mempunyai peran yang berbeda. Dosen mempunyai peranan untuk mengajar dan mendidik mahasiswa, sedangkan mahasiswa mempunyai peranan untuk menghargai dosen dan partisipatif aktif dalam perkulihan. Perbedaan peranan tersebut memang sudah diatur oleh organisasi agar spesialisasi dalam sebuah kelompok dapat membantu untuk melakukan tugasnya dengan efektif dan efisien. Maka dari itu setiap individu harus mengetahui dan belajar apa itu Arti Penting Kepemimpinan Dalam Berorganisasi, agar suatu saat nanti setelah kita terjun di dunia organisasi kita dapat menyatukan perbedaan dari setiap individu yang ada menjadi kesatuan yang utuh dalam berorganisasi.

2.10       Hubungan Peristiwa yang Terjadi
KASUS I
Contoh Peristiwa atau kasus yang berkaitan dengan kepemimpinan dalam berorganisasi.
Belum lama ini Partai Demokrat kocar – kacir karena pengakuan dari salah seorang mantan Bendahara Umumnya Muhammad Nazaruddin mantan yang menyebutkan bahwa banyak anggota dari partai tersebut yang terlibat kasus korupsi Wisma Atlet. Nazaruddin yang juga terdakwa kasus dugaan suap wisma atlet SEA Games itu mengaku tahu banyak soal Anas Urbaningrum (Ketua Umum DPP Partai Demokrat) tetapi tiap kali ditanya kasus apa saja yang menjerat Anas, Nazaruddin enggan mengungkapnya sekarang. Selama ini Nazaruddin kerap menuding Anas terlibat sejumlah kasus dugaan korupsi. Dia mengatakan Anas menerima uang Rp 50 Miliar terkait proyek pembangunan pusat olahraga, Hambalang, Jawa Barat dan mendapat uang Rp 80 Miliar dari dua proyek PLN di Kalimantan dan Riau. Belakangan, Yulianis saat bersaksi di persidangan mengungkapkan adanya aliran dana Permai Group senilai Rp 150 juta kepada Anas Urbaningrum saat Kongres Partai Demokrat di Bandung pada 2010. Yulianis juga menyebutkan adanya dana Rp 100 juta ke Ansi Mallarangeng, yang juga mencalonkan diri sebagai Ketua Umum DPP Partai Denokrat. Selain itu, Yulianis mengungkapkan adanya gelontoran uang Rp 30 Miliar dan 5 Juta dollar AS ke kongres Partai Demokrat. Dalam kongres tersebut Anas terpilih sebagai ketua umum. Nazaruddin juga sempat menyinggung masalah ini, katanya masalah ini adalah masalah personal yang tidak ada kaitannya dengan Partai.
Berdasarkan kasus di atas dapat digambarkan jika suatu organisasi/partai memiliki anggota yang terseret kasus korupsi ataupun masalah lainnya yang merugikan partai/organisasi maka seorang pemimpin harus tegas memberikan sanksi terhadap anggotanya tersebut karena hal tersebut pastinya akan menghambat tujuan dari organisasi/partai. Disini ketegasan pemimimpin sangatlah menentukkan, jika pemimpin tersebut memiliki tipe kepemimpinan yang Fathernalistik bisa diperkirakan pemimimpin tersebut tidak akan memberikan sanksi berat terhadap anggotanya. Mungkin saja pemimpin bertipe kepemimpinan Fathernalistik ini akan memaafkan anggotanya dan memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya. Hal ini sangatlah tidak efektif, jika anggota yang merugikan partai/organisasi terus menerus dimanjakan tentunya mereka sebagai anggota tidak akan berkembang. Beda halnya jika pemimpin organisasi/partai tersebut memiliki tipe kepemimpinan yang demokrtis, disini mungkin pemimpin tersebut akan melibatkan anggota lainnya dalam pegambilan keputusan terhadap kasus korupsi yang melibatkan anggota organisasi/partai. Meskipun melibatkan anggota lainnya tentu saja andil terbesar dalam pengambilan keputusan berada di tangan pemimpin. Disini seharusnya pemimpin bersikap objektif terhadap kasus yang menimpa anggotanya. Di kasus lain jika seorang calon pemimpin melakukan jalan pintas dalam pemilihan dirinya sebagai pemimpin organisasi/partai ini jelas tidak benar karena masa depan organisasi/partai berada di tangan pemimpinnya, apabila pemimpinnya saja melakukan cara pintas untuk mendapatkan kekuasaan bagaimana dia bisa memberikan contoh yang baik kepada anggotanya. Seorang yang seperti ini tidaklah pantas untuk dijadikan seorang pemimpin karena mereka tidak akan memimpin organisasi/partai dengan baik, mereka cenderung mementingkan pribadinya sendiri dibandingkan dengan kepentingan organisasi/partai. Jelas jika organisasi/partai memiliki pemimpin seperti ini organisasi/partai tersebut tidaklah maju.
Oleh karena itu disini pemimpin yang baik sangatlah penting untuk kemajuan partai. Bukan mereka yang lebih mementingkan kepentingan pribadinya tetapi mereka yang menomor satukan kepentingan bersama untuk mencapai tujuan umum organisasi/partai.

Lalu Apa hubungannya dengan konflik dalam kepemimpinan?
Ya, berdasarkan sekilas kutipan pada awal paragraf, kami selaku kelompok 6 ingin memberikan komentar sedikit tentang kasus yang telah ramai di perbincangkan di berita-berita Tanah Air, semoga membangun.
         1.       Pertama, menurut kami, kasus Nazarudin kali ini adalah kasus yang memakan banyak waktru dalam penanganannya, artinya sama sekali tidak adanya jelas dan lambat dalam menindak permasalahannya dan para pelaku tindakkannya, karena sampai kami menulis makalah ini, belum ada penyelesaian yang kongkret, dan berhenti sementara karena bermunculan pemberitaan terbaru seperti kasus pemboman gereja di Solo dan kasus pemerkosaan di angkot beberapa waktu lalu.
        2.       Kedua, kebobrokan sebuah hukum di Indonesia ini, apakah sesulit itu menegakkan hukum, sampai mengurus 1 koruptor saja perlu berbulan – bulan? Coba jika dibandingkan dengan maling sandal atau maling – maling  kecil lainnya, kami yakin hanya butuh beberapa hari bahkan beberapa jam saja untuk membuat si maling sudah memelas di penjara. Apakah ini sebuah sistem hukum yang pantas untuk dibangga – banggakan? Dari peristiwa ini kita dapat melihat ketidakadilannya di negara hukum kita.
       3.       Ketiga, ketegasan seorang pemimpin dalam mengatur anggotanya. Dan inilah pokok pembahasan kelompok kami, karena menurut kami seorang pemimpin sangat berpengaruh atas tindakan dan kelakuan para anggotanya, baik itu dalam organisasi kecil maupun organisasi besar sekalipun. Jika pemimpin tidak tegas dan tidak menerapkan hukum yang benar, maka wajar saja jika anggota atau rakyatnya pun banyak yang menyimpang, karena akibat dari ulah dari si pemimpin itu sendiri. Oleh karena itu, pemimpin yang benar sangatlah dibutuhkan dalam sebuah organisasi, baik itu dalam ruang lingkup kecil atau besar sekalipun dan pemimpin yang benar adalah pemimpin yang dapat mengawasi anggotanya sehingga tidak akan membiarkan anggotanya melakukan kesalahan sekecil apapun.

KASUS II
Google didenda miliaran rupiah
Google gunakan kamera bergerak untuk mendapatkan data layanan Street View. 
Google menyetujui untuk membayar denda sebesar US$7 juta atau sekitar Rp67,8 miliar karena mengumpulkan data pribadi warga tanpa izin sebagai bagian dari layanan Google Street View.
Dalam sebuah penyelesaian dengan 38 negara bagian AS, perusahaan raksasa internet ini menyepakati untuk menghancurkan semua sejarah internet, surat elektronik dan kata sandi yang dikumpulkan dari jaringan nirkabel rumah saat mobil Street View mereka memfoto lingkungan perumahan diantara tahun 2008 dan 2010.
Google mengatakan merasa senang untuk menyelesaikan isu ini.
"Kami bekerja keras untuk mengutamakan hak pribadi di Google. Tetapi dalam kasus ini kami tidak menjalankannya dengan benar, karena itulah kami dengan cepat mengetatkan sistem kami untuk mengatasi isu ini,'' kata Google dalam sebuah pernyataan.
"Para pemimpin proyek tidak pernah menginginkan data ini, dan tidak menggunakannya atau melihatnya. Kami senang bekerja bersama Jaksa Agung Connecticut George Jepsen dan jaksa agung negara bagian lainnya untuk mencapai kesepakatan ini.''
Jaksa Agung New York Eric Schneiderman juga mengumumkan kesepakatan hukum ini.
"Konsumen menginginkan hak untuk melindungi informasi keuangan dan pribadi mereka dari penggunaan yang tidak diinginkan dan salah oleh perusahaan seperti Google,'' katanya.
"Penyelesaian hukum ini menekankan isu pribadi dan perlindungan hak warga yang informasi pribadi mereka dikumpulkan tanpa persetujuan mereka.''

Kampanye layanan publik
Selain menyetujui untuk menghapus semua data yang dikumpulkan, Google juga diminta untuk meluncurkan program pelatihan karyawan tetang penggunaan data pribadi yang harus berlangsung setidaknya selama 10 tahun.
Google juga harus meluncurkan kampanye layanan publik untuk mendidik konsumen tentang bagaimana cara untuk mengamankan informasi pribadi mereka di jaringan nirkabel.
Google sebelumnya menyatakan mereka mengumpulkan data pribadi melalui jaringan nirkabel karena kesalahan kode dalam piranti lunak.
Kontroversi ini menyebabkan otoritas seluruh dunia mendesak Google untuk membuat perubahan.
Denda yang dijatuhkan ke Google ini merupakan yang terbesar dalam kasus ini kata Jan Dawson, kepala analis telekomunikasi di perusahaan riset Ovum.
Tetapi Dawson menyebut angka ini masih dianggap ''kacang'' atau kecil bagi perusahaan raksasa seperti Google.

Lalu Apa hubungannya dengan konflik dalam kepemimpinan?
Kami  ingin mengomentari kembali pada kasus II ini, semoga apa yang kami tulis menjadi kritik membangun untuk yang  membacanya.

1.      Pertama, menurut kami  perusahaan google tidak belajar dari pengalaman sebelumnya. Karena, Google telah berulang kali disalahkan oleh regulator untuk pelanggaran privasi. Musim panas lalu, raksasa pencarian ini membayar US$ 22,5 juta untuk menyelesaikan tuduhan dari Federal Trade Commission untuk pelanggaran privasi dalam pengaturan pada browser Safari Apple. Apabila belajar dari kesalahan yang pernah terjadi , kami yakin google akan menjadi lebih baik lagi tanpa harus terlibat kasus yang sama dan harus menerima denda sebesar miliyaran rupiah, apalagi setau kami google lah perusahaan terbesar (raksasa internet).
      2.      Kedua, Setelah kelompok kami telusuri lebih jelas, kami menyimpulkan bahwa perusahaan google tidak menghormati  privasi (data pribadi) dari para konsumen. Karena, Kasus ini bermula dari program Street View, di mana Google mengerahkan kendaraan khusus untuk memotret perumahan dan kantor di berbagai tempat di dunia. Namun, perusahaan ini juga diam-diam mengumpulkan informasi pribadi seperti e-mail, catatan medis, keuangan, juga password, melalui program ini dengan cara menyadap jutaan data terenkripsi dari jaringan nirkabel. Seharusnya Konsumen berhak mendapat perlindungan privasi (data Pribadi)nya dan semakin besar suatu perusahaan , harusnya memberikan apresiasi berupa kenyamanan dan kepercayaan konsumennya, agar para konsumen dapat seutuhnya mempercayai dan nyaman terhadap perusahaan tersebut.
Dari sini kita dapat lihat bahwa dalam perusahaan google tidak mencerminkan karakteristik pimpinan berorientasi pada pelayanan, karena dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik untuk kemajuan perusahaannya dan kenyamanan para konsumennya.
      3.      Tiga, dalam penyelesaian kasus ini kelompok kami mendapatkan hasil yang kongkret. karena, perusahaan google menyadari akan kesalahannya. kata Google dalam sebuah pernyataan “Kami bekerja keras untuk mengutamakan hak pribadi di Google. Tetapi dalam kasus ini kami tidak menjalankannya dengan benar, karena itulah kami dengan cepat mengetatkan system kami untuk mengatasi isu ini,'' dan google menyetujui untuk membayar denda sebesar US$7 juta atau sekitar Rp67,8 miliar karena mengumpulkan data pribadi warga tanpa izin sebagai bagian dari layanan Google Street View. Jaksa Negara Bagian Massachusetts, Martha Coakley, mengatakan Bay State akan menerima sekitar US$ 327 ribu sebagai bagian dari penyelesaian masalah ini.

2.11    Gambaran Kepemimpinan yang Baik dan Benar
Sri Mulyani Indrawati lahir di Bandar Lampung, 26 Agustus 1962. Sebelum menjabat sebagai Menteri Keuangan, dia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Sri Mulyani dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI) sejak Juni 1998. Pada 5 Desember 2005, Sri Mulyani ditunjuk menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Pada tahun 2010, Sri Mulyani menjadi tokoh yang hangat diperbincangkan berkaitan dengan kasus Bank Century. Di tengah penyelidikan kasus tersebut tiba-tiba Bank Dunia menunjuknya sebagai Direktur Pelaksana di Bank Dunia. Sri Mulyani menjadi satu-satunya perempuan pertama yang menjabat sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia yang membawahi 70 lebih negara.
Sri Mulyani berhasil mencatat beberapa prestasi penting di bidang pembangunan ekonomi dan good governance. Salah satunya ialah keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi di Departemen Keuangan melalui terbentuknya transparansi dan akuntabilitas di internal departemen, upaya itu sekaligus dapat menjadi landasan untuk membuat kebijakan fiskal yang lebih baik di masa depan. Sri Mulyani juga berhasil meningkatkan penerimaan negara dari pajak selama kepemimpinannya. Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak menambah jumlah pemegang nomor pokok wajib pajak (NPWP) dan kebijakan sunset policy diyakini juga tidak terlepas dari perannya. Mulai diberikannya insentif fiskal bagi beberapa sektor dan komoditas yang berpotensi ekspor ataupun menyerap tenaga kerja, adalah hasil penting lain yang dihasilkan dalam rangka menjadikan pajak sebagai salah satu motor pertumbuhan ekonomi nasional. Sri Mulyani juga berkomitmen dalam upaya pembangunan keuangan daerah melalui desentralisasi fiskal dan juga bisa bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran.  Pada 2007, Depkeu mulai menerapkan sanksi pada daerah-daerah yang kurang disiplin dalam mengelola APBD, seperti keterlambatan penetapan APBD ataupun kegagalan dalam mengelola DAK.
Kepemimpinan Sri Mulyani tak hanya diakui di tingkat kementerian keuangan yang dipimpinnya dan di tingkat nasional. Sosoknya juga cemerlang di kancah internasional. Pengaruhnya sangat besar dalam sejumlah forum ekonomi baik dengan negara-negara maju maupun sesama negara berkembang, misalnya, dalam forum G-20.  Ada beberapa forum dalam lingkup G-20 yang merupakan hasil inisiatif Indonesia dan didorong oleh prakarsa Sri Mulyani, seperti forum Bali Dialogue of Climate Change.
Para pegawai yang bekerja bersama Sri Mulyani menyatakan bahwa dia adalah orang yang tegas dan disiplin, rasional tapi juga tulus.  Sri Mulyani dengan tegas, berani mereformasi seluruh struktur keoorganisasian yang menjadi inti unit kerja di kementerian keuangan dan   membuat banyak terobosan dalam kebijakan serta berani mengambil risiko yang tinggi, misalnya keputusan menyelamatkan Bank Century.  Sri Mulyani dinilai mampu menggawangi perekonomian Indonesia yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia hingga mampu melampaui krisis. “Di dalam pengelolaan ekonomi, Indonesia diakui mengalami banyak kemajuan, baik itu ekonomi makro maupun dari sektor riil. Baik dari indikator-indikator yang mudah dilihat maupun yang relative susah dilihat, seperti masalah confident dan persepsi,” kata Sri Mulyani. “Dan diakui, penyumbang terbesar dari kemajuan itu adalah dari Kementerian Keuangan,” tambahnya lagi.
Kalangan ekonom menilai pengunduran diri  Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan menyusul posisi barunya sebagai pejabat tinggi di Bank Dunia merupakan solusi terbaik di tengah tekanan poltik mengenai kasus Bank Century, kerja keras Sri Mulyani didukung oleh para pegawainya. Dalam kebijakan fiskal di masa kepemimpinannya, di Direktorat Jenderal Pajak telah melakukan reformasi jilid II dengan memperbaiki system data base, dengan melakukan intesifikasi dan ekstensifikasi dengan menggunakan based marking profiling, dan sisi governence tata kelola untuk mengurangi penyelewengan maupun tindakan-tindakan yang tidak baik dari fiskus maupun wajib pajak. Di bidang perbendaharaan, sudah banyak reformasi yang dilakukan di Direktorat Jenderal Perbendaharaan, sehingga akan ada percepatan treasury function, pelayanan yang baik mulai dari penggunaan anggaran, pengelolaannya dan juga reportingnya.
Sri Mulyani adalah seorang pemimpin transformasional dan sekaligus pemimpin transaksional yang berkarakter, dia memegang teguh etika kerjanya dan memiliki integritas yang kuat sehingga terkenal sebagai pemimpin yang bersih dari faktor KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme). Dia berani mengambil resiko, melawan arus birokrasi yang ada yang sudah berjalan bertahun-tahun dan mengakar dengan kuat dengan cara melakukan pembaharuan dan reformasi proses birokrasi di departemen keuangan dan departemen terkait lainnya, seperti bea cukai, perpajakan, yang terkenal kuat dengan citra KKN. Sri Mulyani juga menerapkan sistem reward dan punishment untuk memacu proses reformasi birokrasi  (misal; menaikkan pendapatan pegawai departemen keuangan tetapi menekankan transparansi dan akuntabilitas pegawai; mendorong setiap daerah agar menerapkan desentralisasi fiskal tetapi juga bersikap tegas ketika ada daerah yang terlambat membelanjakan anggaran). Tidaklah mengherankan bila kemudian dia mendapatkan beberapa penghargaan internasional atas prestasinya memimpin departemen keuangan dan sebagai mentri koordinator perekonomian sebagai mentri keuangan terbaik Asia tahun 2006, dan beberapa penghargaan internasional lainnya yang sangat membanggakan bangsa Indonesia.
Sri Mulyani menjalankan gaya kepemimpinan yang transaksional dan transformasional pada saat yang bersamaan selama masa kepemimpinannya. Kepemimpinan transaksionalnya terlihat pada saat dia menekankan agar  pegawainya bersikap terbuka, akuntabel dan melayani publik dan dia juga memberikan peningkatan remunerasi sebagai imbalannya, sedangkan untuk kepemimpinan transformasionalnya saat dia melakukan pembaharuan dan reformasi birokrasi didepartemen-departemen yang dipimpinnya, dia memberikan contoh tentang apa yang harus dilakukan, dia mendorong agar anak buahnya menjadi lebih baik dan bertransformasi meninggalkan citra yang buruk, dia menginspirasi orang banyak untuk mempertahankan inegritas dan etika yang baik sebagai pejabat publik.
Sri Mulyani juga telah membuktikan bahwa dia mempunyai kualitas-kualitas dan ciri-ciri sebagai pemimpin yang efektif; seperti berintegritas, beretika, mempunyai visi dan misi yang jelas, berani membuat tindakan/keputusan, berani menempuh resiko, memberikan rewards dan punishment, membawa dan melakukan perubahan, memenuhi target yang diharapkan, dan bertanggung-jawab dan akuntabel atas keputusannya, serta masih banyak lagi kualitas lainnya. Dari segi kompetensi inti atau skill, Sri Mulyani memiliki intelektualitas dan pengalaman dibidang perekonomian dan dunia internasional yang sangat baik bahkan diakui oleh pihak internasional serta memiliki kemampuan konseptual yang baik.
Kesimpulan :
Sri Mulyani adalah salah satu wanita dengan gaya kepemimpinan yang baik. SMI memiliki integritas dan kualitas yang mampu membawanya hingga ke Bank Dunia. Dengan kemampuan dan ilmu yang dimilikinya, SMI mampu menjadi pemimpin yang berkualitas dan juga disegani oleh para bawahannya. Sri Mulyani  memenuhi beberapa teori kepemimpinan yang ada, yaitu :
   ü  Trait Theory:
Pemimpin memiliki ciri-ciri kepribadian & karaktek yang berbeda dengan orang kebanyakan.
Sri  Mulyani  memiliki karakteristik yang kuat, tegas dan juga kharismatik yang banyak membuat orang lain berdecak kagum melihat berbagai prestasinya di bidang ekonomi.
   ü  Situational Theory:
Kepemimpian dipengaruhi oleh situasi dimana faktor-faktor tertentu dari situasi menentukan ciri-ciri pemimpin yang sesuai untuk situasi tersebut.
Sri Mulyani mampu menempatkan dirinya sebagai pemimpin yang bijak dan cerdas yang membuatnya di segani oleh bawahannnya dan juga tokoh lain di bidang yang sama dengannya.

BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan masalah yang telah diuraikan tersebut, maka pada bagian penutup ini dapat ditarik kesimpulan bahwa:
Pemimpin yang baik sangatlah diperlukan dalam suatu organisasi. Jika dalam suatu organisasi tidak adanya sosok pemimpin yang baik dan benar maka  dapat menimbulkan masalah. Tidak semua tipe kepemimpinan itu baik dan cocok diterapkan pada suatu organisasi tertentu. Selain di tangan anggota, masa depan organisasi bergantung pada pemimpin itu sendiri, dengan begitu maka dapat memajukan organisasi tersebut. Pemimpin yang baik akan menjadi contoh bagi para anggotanya.
3.2     Penutup
            Terimakasih atas perhatian untuk membaca makalah kami. Maaf atas kesalahan yang ada dalam makalah kami. Kami menyadari masih banyak kekurangan yang ada dalam makalah kami. Untuk itu kami memohon kritik dan saran agar dapat diperbaiki. Terima Kasih.


Daftar Pustaka

Mbah Google
Share:

Popular Posts

Fikri Rf. Diberdayakan oleh Blogger.

Collection

MY PHOTO
-------------------------------------------------
MY TELEVISION
-------------------------------------------------
MY MUSIC
-------------------------------------------------

Label

Recent Posts